Rabu, 19 Agustus 2015

Pernikahan dini, haruskah terjadi?

Ayah : “ Bun, itu ada undangan diatas tv diantar sama Pak RT tadi pagi.”
Bunda : “ siapa yang nikah yah?” tanyaku sambil meletakkan tas di atas meja
Ayah : “ Si Dewi anak pak Joko yang tinggal di blok D.” sambil terus menggosok batu cincinnya
Bunda : “ Loh, bukannya dia baru tamat SMP?” tanyaku sedikit penasaran
Ayah : “ iya, dia khan baru lulus SMP sama dengan Yuni tetangga kita.” 
Aku terdiam dan membisu sambil memegang undangan si Dewi yang berwarna merah muda berbunga-bunga. Baru lulus kemarin bukankah harus melanjutkan pendidikan ke SLTA? Koq ini malah naik pelaminan? Fenomena apakah yang sedang terjadi?                                                         inikah yang namanya pernikahan dini? apa pengertian pernikahan dini?                                                                      
Pernikahan dini adalah sebuah bentuk ikatan/ pernikahan yang salah satu atau kedua pasangan berusia di bawah 18tahun atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah atas.                      
Tapi memang bukan hanya Dewi anak pak Joko yang melakukan pernikahan dengan usia muda, banyak dewi-dewi lain yang juga memilih jalan hidup seperti itu. Entah kurang pengetahuan, entah kurang kasih sayang, atau rasa cinta yang menggebu-gebu dan berlebihan. Banyak Faktor yang bisa menutup logika dan kenyataan yang mereka putuskan. Mungkin, menurut mereka  mengikat sebuah tali perkawinan semudah membuka akun facebook di warnet atau mengganti password email dengan beberapa ketikan jari diatas keywords. Semua beres dan berjalan lancar. Ini adalah permasalahan anak yag muncul dan menjadi dilema.
Mungkin masih segar di ingatan kita sekitar tahun 90an sinetron dengan durasi panjang dibintangi aktris ternama berjudul “ Pernikahan Dini “ sinetron yang menceritakan kisah pernikahan muda antara sepasang anak remaja yang memunculkan banyak polemik dan guncangan dari berbagai sudut kehidupan. Saya berfikir sutradara ini mendapat inspirasi melihat gejolak anak-anak bangsa yang doyan menikah muda sementara mereka belum siap secara mental dan materi. Ada beberapa akibat negatif dari pernikahan dini yang saya baca di kompas.com begini isinya :
1.    Rentan KDRT
Menurut temuan Plan ( sebuah organisasi kemanusiaan yang fokus pada perlindungan dan pemberdayaan anak) sebanyak 44% anak perempuan yang menikah dalam usia dini mengalami kekerasan dalam rumahtangga alias KDRT dengan tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56% anak perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.
2.    Resiko meninggal
Selain tingginya angka KDRT, perkawinan dini berdampak pada kesehatan reproduksi anak perempuan. Anak perempuan berusia 10 s/d 14 tahun memiliki kemungkinan meninggal 5x lebh besar selama kehamilan atau melahirkan. Dibandingkan dengan perempuan usia 20 s/d 25 tahun. sementara itu, anak yang menikah pada usia 15 s/d 19 tahun memiliki kemungkinan 2x lebih besar.
3.    Terputusnya akses pendidikan
Dibidang pendidikan, perkawinan dini mengakibatkan si anak tidak mampu mencapai pendidikan dan hanya sedikit yang mampu melanjutkan pendidikannya. 

Duh ngeri saya melihatnya, saya sebagai orangtua tentunya TIDAK menginginkan anak saya menikah dalam usia dini. Saya berharap dia menggapai cita-citanya barulah menggapai cinta kasihnya. Kira-kira apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi fenomena pernikahan dini, disini saya akan berbagi solusi kreatif yang bisa di jalankan :
1.      Komunikasi aktif antara ORTU – Anak
Saya sangat menekankan point yang satu ini. Komunikasi yang aktif antara orangtua dan anak. Apalagi saat ini banyak teknologi dan aplikasi yang menyibukkan orangtua dan anak. Si ayah sibuk main games, si ibu sibuk shopping online, si anak sibuk main facebook. Karena itu kurangi pemakaian gadget dan sediakan waktu untuk sekedar ngobrol dan bertanya tentang suasana hati anak kita. Tanyakan bagaimana teman2nya di sekolah? Adakah masalah di tempat lesnya? Pembicaraan ringan dan kedekatan yang harmonis membuat anak merasa nyaman dan lebih terbuka.Hal ini Senada dengan dengan salahsatu visi dari SOS Children’s Villages Indonesia
Setiap anak adalah bagian dari sebuah keluarga “
Keluarga adalah jantung masyarakat. Dalam sebuah keluarga setiap anak dilindungi dan merasa diterima serta menjadi bagian dari sebuah keluarga. Di dalam keluarga, anak belajar nilai, berbagi tanggung jawab dan membentuk hubungan jangka panjang. Lingkungan keluarga memberi anak pondasi yang kokoh sebagai bekal untuk membangun kehidupannya.
2.      Berikan pengetahuan tentang arti kehidupan , pernikahan dan seks
    Mengajar bukan hanya tugas seorang guru di sekolah . Kita sebagai orangtua adalah tenga pengajar juga. Memberikan atau membacakan buku tentang kehidupan atau yang lainnya. Bagaimana danak untuk hidup mandiri, displin dan mengasihi sesama. Jangan lupa berikan juga pengetahuan tentang seks yang banyak orang awam menganggapnya tabu, tapi itu sangat penting. Akhirnya anak tahu mana yang boleh mana yang tidak dilakukan. Karena itu kita sebagai orangtua harus terus menambah wawasan dan pengetahun mellaui membaca, mendengar, menonton.
3.      Kembangkan talenta yang dimiliki anak
Hai orangtua, ketahuilah bahwa setiap anak dibekali dengan talenta yang berbeda-beda. Karena itu temukan talenta yang dimiliki anak kita. Jika dia memiliki talenta menyanyi masukkan anak ke les vokal, jika dia memiliki talenta menjahit silahkan masukkan ke kursus menjahit. Jika dia suka mewarnai daftarkan dalam lomba atau event mewarnai. Karena dengan aktivitas yang padat dan positif membantu anak untuk tetap kreatif dan menghilangkan fikiran2 yang negatif.
4. Mendidik anak berarti kita masuk dalam dunia anak
Ini yang banyak sekali ditinggalkan oleh orantua. Terkadang orangtua berfikir, ah anakku sudah besar dia sudah pandai memilih atau berteman dengan siapa. Tak perlu di awasi atau dibimbing. Ingat orangtua, meski usia anak sudah dewasa sekalipun anak tetap membutuhkan dampingan dan pengarahan dari kita. Kenali temannya, simpan no handphonenya, tempat tinggalnya, kesukaannya apa. Dengan demikian kita bisa membuat lingkaran aman buat anak kita.Tak ada salahnya bermain bersama dengan anak-anak kita. 
5.      Berdoalah
Setelah melakukan tips diatas, berdoalah serahkan semuanya kepada sang kuasa semoga diberikan jalan dan bimbingan. Sehingga anak kita menjadi anak yang baik, takut akan Tuhannya dan santun kepada kedua orangtuanya. Semoga doa orangtua kepada anaknya didengar oleh sang kuasa. Ajarkan juga anak untuk selalu mendekatkan diri kepada penciptanya. berdoa sebelum makan, atau sebelum tidur. Semoga dengan keimanan dan kedekatannya dengan Tuhan menjauhkannya dari hal-hal buruk.

Info lebih banyak tentang Visi dan Misi serta program-program terbaik seputar anak-anak silahkan kunjungi website resmi SOS Children Villages Indonesia

Akhir tulisan, saya bertanya masihkah kita membiarkan anak-anak kita menikah muda?

Sumber foto ;
1.Dokumentasi pribadi

Tidak ada komentar: