Bunda : “ siapa yang nikah yah?” tanyaku sambil
meletakkan tas di atas meja
Ayah : “ Si Dewi anak pak Joko yang tinggal di blok
D.” sambil terus menggosok batu cincinnya
Bunda : “ Loh, bukannya dia baru tamat SMP?” tanyaku
sedikit penasaran
Ayah : “ iya, dia khan baru lulus SMP sama dengan
Yuni tetangga kita.”
Aku terdiam dan membisu sambil memegang undangan si
Dewi yang berwarna merah muda berbunga-bunga. Baru lulus kemarin bukankah harus
melanjutkan pendidikan ke SLTA? Koq ini malah naik pelaminan? Fenomena apakah
yang sedang terjadi? inikah yang namanya pernikahan dini? apa pengertian pernikahan dini?
Pernikahan dini adalah sebuah bentuk ikatan/ pernikahan yang salah satu atau kedua pasangan berusia di bawah 18tahun atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah atas. Tapi memang bukan hanya Dewi anak pak Joko yang melakukan pernikahan dengan usia muda, banyak dewi-dewi lain yang juga memilih jalan hidup seperti itu. Entah kurang pengetahuan, entah kurang kasih sayang, atau rasa cinta yang menggebu-gebu dan berlebihan. Banyak Faktor yang bisa menutup logika dan kenyataan yang mereka putuskan. Mungkin, menurut mereka mengikat sebuah tali perkawinan semudah membuka akun facebook di warnet atau mengganti password email dengan beberapa ketikan jari diatas keywords. Semua beres dan berjalan lancar. Ini adalah permasalahan anak yag muncul dan menjadi dilema.
Mungkin masih segar di ingatan kita sekitar tahun
90an sinetron dengan durasi panjang dibintangi aktris ternama berjudul “
Pernikahan Dini “ sinetron yang menceritakan kisah pernikahan muda antara
sepasang anak remaja yang memunculkan banyak polemik dan guncangan dari
berbagai sudut kehidupan. Saya berfikir sutradara ini mendapat inspirasi
melihat gejolak anak-anak bangsa yang doyan menikah muda sementara mereka belum
siap secara mental dan materi. Ada beberapa akibat negatif dari pernikahan dini
yang saya baca di kompas.com begini isinya :
1.
Rentan
KDRT
Menurut temuan Plan ( sebuah
organisasi kemanusiaan yang fokus pada perlindungan dan pemberdayaan anak) sebanyak 44% anak perempuan yang menikah dalam usia dini mengalami kekerasan
dalam rumahtangga alias KDRT dengan tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56% anak
perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.
2.
Resiko
meninggal
Selain tingginya angka KDRT,
perkawinan dini berdampak pada kesehatan reproduksi anak perempuan. Anak perempuan
berusia 10 s/d 14 tahun memiliki kemungkinan meninggal 5x lebh besar selama
kehamilan atau melahirkan. Dibandingkan dengan perempuan usia 20 s/d 25 tahun.
sementara itu, anak yang menikah pada usia 15 s/d 19 tahun memiliki kemungkinan
2x lebih besar.
3.
Terputusnya
akses pendidikan
Dibidang pendidikan, perkawinan
dini mengakibatkan si anak tidak mampu mencapai pendidikan dan hanya sedikit yang mampu melanjutkan pendidikannya.
Duh ngeri saya
melihatnya, saya sebagai orangtua tentunya TIDAK menginginkan anak saya menikah
dalam usia dini. Saya berharap dia menggapai cita-citanya barulah menggapai
cinta kasihnya. Kira-kira apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi fenomena
pernikahan dini, disini saya akan berbagi solusi kreatif yang bisa di jalankan
:
1.
Komunikasi aktif antara ORTU – Anak
Saya sangat menekankan point yang satu ini. Komunikasi yang aktif
antara orangtua dan anak. Apalagi saat ini banyak teknologi dan aplikasi yang
menyibukkan orangtua dan anak. Si ayah sibuk main games, si ibu sibuk shopping
online, si anak sibuk main facebook. Karena itu kurangi pemakaian gadget dan
sediakan waktu untuk sekedar ngobrol dan bertanya tentang suasana hati anak
kita. Tanyakan bagaimana teman2nya di sekolah? Adakah masalah di tempat lesnya?
Pembicaraan ringan dan kedekatan yang harmonis membuat anak merasa nyaman dan
lebih terbuka.Hal ini Senada dengan dengan salahsatu visi dari SOS Children’s Villages Indonesia
“ Setiap anak adalah bagian dari sebuah keluarga “
Keluarga adalah jantung masyarakat. Dalam sebuah keluarga setiap anak dilindungi dan merasa diterima serta menjadi bagian dari sebuah keluarga. Di dalam keluarga, anak belajar nilai, berbagi tanggung jawab dan membentuk hubungan jangka panjang. Lingkungan keluarga memberi anak pondasi yang kokoh sebagai bekal untuk membangun kehidupannya.
Keluarga adalah jantung masyarakat. Dalam sebuah keluarga setiap anak dilindungi dan merasa diterima serta menjadi bagian dari sebuah keluarga. Di dalam keluarga, anak belajar nilai, berbagi tanggung jawab dan membentuk hubungan jangka panjang. Lingkungan keluarga memberi anak pondasi yang kokoh sebagai bekal untuk membangun kehidupannya.
2.
Berikan
pengetahuan tentang arti kehidupan , pernikahan dan seks
Mengajar bukan hanya tugas seorang
guru di sekolah . Kita sebagai orangtua adalah tenga pengajar juga. Memberikan atau
membacakan buku tentang kehidupan atau yang lainnya. Bagaimana danak untuk hidup mandiri, displin
dan mengasihi sesama. Jangan lupa berikan juga pengetahuan tentang seks yang
banyak orang awam menganggapnya tabu, tapi itu sangat penting. Akhirnya anak
tahu mana yang boleh mana yang tidak dilakukan. Karena itu kita sebagai
orangtua harus terus menambah wawasan dan pengetahun mellaui membaca,
mendengar, menonton.
3.
Kembangkan
talenta yang dimiliki anak
Hai orangtua, ketahuilah bahwa setiap anak dibekali dengan talenta yang berbeda-beda. Karena itu temukan talenta yang dimiliki anak kita. Jika dia memiliki talenta menyanyi masukkan anak ke les vokal, jika dia memiliki talenta menjahit silahkan masukkan ke kursus menjahit. Jika dia suka mewarnai daftarkan dalam lomba atau event mewarnai. Karena dengan aktivitas yang padat dan positif membantu anak untuk tetap kreatif dan menghilangkan fikiran2 yang negatif.
Hai orangtua, ketahuilah bahwa setiap anak dibekali dengan talenta yang berbeda-beda. Karena itu temukan talenta yang dimiliki anak kita. Jika dia memiliki talenta menyanyi masukkan anak ke les vokal, jika dia memiliki talenta menjahit silahkan masukkan ke kursus menjahit. Jika dia suka mewarnai daftarkan dalam lomba atau event mewarnai. Karena dengan aktivitas yang padat dan positif membantu anak untuk tetap kreatif dan menghilangkan fikiran2 yang negatif.
4. Mendidik anak berarti kita masuk dalam dunia anak
Ini yang banyak sekali ditinggalkan
oleh orantua. Terkadang orangtua berfikir, ah anakku sudah besar dia sudah
pandai memilih atau berteman dengan siapa. Tak perlu di awasi atau dibimbing. Ingat orangtua, meski usia anak
sudah dewasa sekalipun anak tetap membutuhkan dampingan dan pengarahan dari
kita. Kenali temannya, simpan no handphonenya, tempat tinggalnya, kesukaannya
apa. Dengan demikian kita bisa membuat lingkaran aman buat anak kita.Tak ada salahnya bermain bersama dengan anak-anak kita.
5.
Berdoalah
Setelah melakukan tips diatas, berdoalah serahkan semuanya kepada sang kuasa semoga diberikan jalan dan bimbingan. Sehingga anak kita menjadi anak yang baik, takut akan Tuhannya dan santun kepada kedua orangtuanya. Semoga doa orangtua kepada anaknya didengar oleh sang kuasa. Ajarkan juga anak untuk selalu mendekatkan diri kepada penciptanya. berdoa sebelum makan, atau sebelum tidur. Semoga dengan keimanan dan kedekatannya dengan Tuhan menjauhkannya dari hal-hal buruk.
Setelah melakukan tips diatas, berdoalah serahkan semuanya kepada sang kuasa semoga diberikan jalan dan bimbingan. Sehingga anak kita menjadi anak yang baik, takut akan Tuhannya dan santun kepada kedua orangtuanya. Semoga doa orangtua kepada anaknya didengar oleh sang kuasa. Ajarkan juga anak untuk selalu mendekatkan diri kepada penciptanya. berdoa sebelum makan, atau sebelum tidur. Semoga dengan keimanan dan kedekatannya dengan Tuhan menjauhkannya dari hal-hal buruk.
Info lebih banyak tentang Visi dan Misi serta program-program terbaik seputar anak-anak silahkan kunjungi website resmi SOS Children Villages Indonesia
Akhir tulisan, saya bertanya masihkah kita membiarkan anak-anak kita menikah muda?
Sumber foto ;
1.Dokumentasi pribadi
Akhir tulisan, saya bertanya masihkah kita membiarkan anak-anak kita menikah muda?
Sumber foto ;
1.Dokumentasi pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar