Rabu, 06 Mei 2015

Anak-anak Panti Asuhan Anak Kita Juga

Tak kenal maka tak sayang maka izinkan kami memperkenalkan diri.Kami adalah sekelompok karyawan yang bekerja pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif. Perusahaan kami berada di kota bertuah, Riau. Kami berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. mulai dari suku, agama, pendidikan dan ekonomi. Meski demikian kami tak menjadikan itu sebagai jurang pemisah. Justru inilah warna sesungguhnya warna warni kehidupan. menjadikan kekuatan untuk mencapai sukses bersama. 
Perusahaan kami memiliki visi dan misi yang sangat jelas. Dan filosofi perusahaan yang mendorong saya dan teman-teman untuk lebih aktif dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Tanpa pandang bulu.
Filosofi itu adalah  :
“ Pekerjaan/bisnis/ adalah sarana/alat/ wadah untuk membentuk manusia secara lahir dan bathin.” 
Ya membentuk manusia secara lahir dan bathin, sungguh sangat fundamental. 
Akhirnya atas dasar itu pula terbentuk komunitas yang kami sponsori dan kami beri nama 
Insan Muda Peduli Sesama  (IMPAS)  
Begitu banyak pengalaman unik dan menarik sejak menggerakkan komunitas ini. Ada tawa, canda, sedih, kecewa. semua bercampur menjadi satu.




   1. Maaf saya  ga punya waktu untuk ikut komunitas..
Itu adalah sepenggal kalimat yang sudah biasa saya terima. Karena bukanlah hal mudah bagi saya untuk mengumpulkan teman-teman dan menjelaskan kepada mereka supaya mau bergabung dalam komunitas ini. Berbagai alasan muncul, mulai dari tak bisa membagi waktu antara pekerjaan dan rumahtangga sampai tak ada niat untuk ikut organisasi atau kelompok/ komunitas. Tetapi dengan tekad dan niat yang tulus ternyata ada tangan lain yang menguatkan saya dan mengajak teman-teman untuk peduli terhadap sesama khususnya bagi anak-anak Balita penghuni panti asuhan. Kenapa kami fokus pada anak-anak Balita? Karena secara naluri saya adalah  seorang ibu dengan 2 orang anak. Sungguh hati saya tergerak untuk bisa menyentuh jiwa-jiwa yang haus akan kasih dan sayang. Dan ternyata bukan hanya hati seorang ibu saja yang tergerak tetapi rekan-rekan saya para kaum adam juga ternyata merasakan hal yang sama.Perjalanan sentuhan jiwa-jiwa ini memang belum lama kami jalani kami baru memulainya sejak tahun 2013.

   2.Tak bisa nyetir mobil saya sewa becak dorong untuk membawa barang2 bekas

Sebelum melakukan kunjungan kami melakukan survey terlebih dahulu. Dimana panti asuhan yang memang betul-betul membutuhkan donatur atau bantuan. Setelah merasa cocok kamipun menyesuaikan jadwal kunjungan ke panti tsb. Sebagai persiapan awal  saya menginformasikan kepada teman-teman untuk mengumpulkan barang-barang bekas yang masih layak pakai. Mulai dari buku bacaan, pakaian, mainan, komik, dll.Setelah semuanya terkumpul kami akan memeriksa ulang barang2 tersebut apakah layak atau tidak untuk di sumbangkan. Dan waktu yan di tetapkan semakin dekat, barang-barang sudah di packing dengan baik. Tapi sayang sungguh sayang mobil yang akan kami tumpangi tiba-tiba rusak. Kami punya ide ingin membawanya dengan motor tetapi barang-barang itu terlalu besar. Sangat riskan dan resiko akan kecelakaan. Entah gimana, tiba-tiba lewat becak dorong diseberang jalan. Tanpa menunggu lama aku memanggilnya “ Becak-becak...” teriakku. Akhirnya barang2 itu kami pindahkan ke beak kemudian memberikan alamatnya kepada si bapak tukang becak dan membayar ongkosnya. Selain menghemat biaya hitung-hitung berbagi rezeki buat si bapak tukang becak. Hehehehehe....


   3. " Ibu..saya mau ikut pulang “ rengek seorang anak panti 
Demikian seorang anak berbisik kepadaku ketika kami mengunjungi sebuah panti asuhan pada bulan suci tahun ramadhan kemarin. Dia menggenggam tanganku seolah- olah  tak ingin dilepas. Aku masih ingat namanya sari usianya sekitar 7 tahun. Cerita punya cerita ternyata bapak dan ibunya masih ada tapi mereka ga sangup membiayai sekolah dan makan sehari-hari maka di antarkanlah sari ke panti berharap anaknya mendapat kehidupan yang lebih baik. Sari tinggal dipanti kurang lebih setahun tetapi selama itu pula ayah ibu tak pernah datang menemuinya.  Mungkin rasa rindu yang menggebu kepada kedua orangtuanya yang membuat ia butuh sosok pengganti kedua orangtuanya. Ini adalah satu bukti betapa kesempitan ekonomi terbukti memberi kehampaan cinta dan kasih sayang antara ibu dan anak.

      4. Gotong royong membersihkan panti
Kebersihan adalah sebagian dari iman. Nah salah satu aktivitas kunjungan kami adalah gotong royong membersihkan panti asuhan. Sebuah pengalaman unik. Menyapu sambil bersenda gurau. Membersihkan sarang laba-laba tanpa sadar kepala teman jadi sasaran. Pokoknya seru dan menyenangkan. Tak terasa capek meski seharian bekerja berat. Karena kami sadar jika lokasi panti kotor dan berserakan akan menyebabkan penyakit buat anak-anak. Mulai dari muntaber, demam, batuk, flu, dll. Karena anak-anak paling riskan/rentan terhadap virus, bakteri penyakit. Sekedar info tak jarang pada saat  kami gotong royong kamipun bernyanyi-nyanyi kecil. Menghilangkan capek supaya tetap bersemangat. Pengalaman yang tak bisa ku dapat di tempat lain.

      
    5. Kita menghentikan waktu sejenak & tersenyum bersama, say Cisssss
Dan pada saat akhir kunjungan adalah sebuah kewajiban sekaligus sebagai dokumentasi saatnya berfoto ria. Aku merasakan seolah-olah bisa menghentikan waktu dan merekam senyum kecil di bibir manis mereka. Kelak, ini akan menjadi kenangan dan sebuah cerita untuk anak cucu saya kelak.  Mencintai mereka meski mereka bukan siapa-siapa. Mengelus lembut rambutnya dan menyatakan bahwa kami ada untuk menyayangi mereka. Tak jarang ada foto-foto nyeleneh dan membuat kami tertawa terbahak-bahak. Kebahagian meski kebersamaan yang sesaat saya rasa cukup membayar kerinduan mereka terhadap orang-orang yang mereka cintai yang entah dimana berada.

Sebagian pengalaman kecil ini ku dapat dari gerakan komunitas dari rekan – rekan sekerja. Karena aku sadar bahwa anak-anak panti adalah anak-anak kita juga. Perlu diperhatikan dan perlu di dengarkan. Sedikit sentuhan lembut dari tangan kita memberi sejuta harapan masa depan mereka. Semoga komunitas ini tetap komit dan selalu setia pada tujuan mulianya.
 Semoga terwujud, amin.
Tulisan ini saya persembahkan dalam  GPS Writing Competition yang diselenggarakan oleh Tabloid Nakita. Semoga berkenan dan memberikan sejuta inspirasi buat kita semua. Menegtuk pintu hati kita untuk mau menjadi motor penggerak serta peduli terhadap kesehatan dan anak, terimakasih. 
Info lanjut silahkan meluncur ke :






Tidak ada komentar: